BOR(Bed Occupancy Ratio) = P (75-85%) 4. BTO (Bed Turn Over) atau Throughput = B (>30x) Perbandingan antar rumah sakit perbandingan tingkat efisiensi penggunaan TT antar unit 4. Meneliti akibat perubahan kebijaksanaan 5. RUMUS GBJ VS UMUM
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap BOR Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur BOR menurut Huffman 1994 adalah “the ratio of patient service days to inpatient bed count days in a period under consideration”. Sedangkan menurut Depkes RI 2005, BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% Depkes RI, 2005. Rumus BOR = Jumlah hari perawatan rumah sakit / Jumlah tempat tidur X Jumlah hari dalam satu periode X 100% AVLOS Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat AVLOS menurut Huffman 1994 adalah “The average hospitalization stay of inpatient discharged during the period under consideration”. AVLOS menurut Depkes RI 2005 adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari Depkes, 2005. Rumus AVLOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar hidup + mati TOI Turn Over Interval = Tenggang perputaran TOI menurut Depkes RI 2005 adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. Rumus TOI = Jumlah tempat tidur X Periode – Hari perawatan / Jumlah pasien keluar hidup +mati BTO Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur BTO menurut Huffman 1994 adalah “…the net effect of changed in occupancy rate and length of stay”. BTO menurut Depkes RI 2005 adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 BTO = Jumlah pasien keluar hidup + mati / Jumlah tempat tidur NDR Net Death Rate NDR menurut Depkes RI 2005 adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit. Rumus NDR = Jumlah pasien mati > 48 jam / Jumlah pasien keluar hidup + mati X 1000 ‰ 6. GDR Gross Death Rate GDR menurut Depkes RI 2005 adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar. Rumus GDR = Jumlah pasien mati seluruhnya / Jumlah pasien keluar hidup + mati X 1000 ‰

TargetBOR Maret 12, 2013 · BOR (Body Occupancy Rate) adalah salah satu metode penilaian efisiensi pengelolaan rumah sakit yang berarti angka rata-rata tempat tidur terisi dalam satu tahun.

Bed Occupancy Rate BOR merupakan salah satu dari empat parameter Grafik Barber Johnson yang menggambarkan tingkat hunian rawat inap di sebuah rumah sakit. Jika didefinisakan, Bed Occupancy Rate BOR adalah persentase tempat tidur terisi dalam periode tertentu. Maksudnya Bed Occupancy Rate BOR adalah persentase tempat tidur yang terisi dari sekian kapasitas tempat tidur yang disediakan/tersedia pada layanan rawat inap. Lebih rincinya, Bed Occupancy Rate BOR adalah rasio antara inpatient service days atau hari perawatan HP terhadap inpatient bed count days atau jumlah tempat tidur dalam periode tertentu. Adapun satuan dari Bed Occupancy Rate BOR atau Percentage Bed Occupancy PBO ini adalah persen. Rumus Bed Occupancy Rate BOR/Percentage Bed Occupancy PBO Dari pengertian mengenai Bed Occupancy Rate BOR tersebut di atas, maka dapat digambarkan rumus Bed Occupancy Rate BOR sebagai berikut Keterangan HP = Jumlah Total Hari Perawatan TT = Jumlah Total Tempat Tidur tersedia Per = Periode penghitungan tertentu Agar dapat lebih memahami rumus Bed Occupancy Rate BOR tersebut, maka kita juga perlu mengerti dan memahami beberapa istilah atau definisi terkait elemen-elemen yang mendukung rumus Bed Occupancy Rate BOR tersebut, yaitu Hari Perawatan HP Dari istilahnya, sepintas, Jumlah Total Hari Perawatan HP seperti memiliki arti sebagai hari lamanya pasien dirawat atau Length of Stay LOS. Ini tidak benar. Jumlah Total Hari Perawatan HP bukanlah hari lamanya pasien dirawat atau Length of Stay LOS, melainkan, di dalam buku Health Information Management hal 425, Jumlah Total Hari Perawatan HP adalah sama dengan Total Inpatient/Resident Service Days atau Inpatient Service Days. Beberapa istilah yang harus dimengerti terkait Hari Perawatan HP seperti di bawah ini Inpatient/Resident Service Day Istilah ini sama dengan istilah Hari Perawatan HP, yaitu satuan pengukuran yang menunjukkan bahwa layanan rawat inap telah diterima/didapatkan oleh seorang pasien di dalam periode satu kali 24 jam. Total Inpatient/Resident Service Days atau Inpatient Service Days Istilah ini sama dengan istilah Jumlah Total Hari Perawatan, yaitu jumlah semua hari perawatan setiap harinya, dalam periode tertentu. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada contoh sensus harian di bawah ini Pasien awal midnight tgl 28 Maret 000000 5 Pasien keluar pindah + pulang + meninggal tgl 29 Maret >000000 4 Pasien awal midnight tgl 29 Maret <= 240000 41 Jumlah Total Hari Perawatan atau inpatient service days tgl 29 Maret adalah 41 pasien. Jadi, dapat disimpulkan bahwa, Jumlah Total Hari Perawatan HP adalah jumlah sisa pasien yang masih dirawat di ruang perawatan tertentu atau di rumah sakit dalam periode tertentu. Tempat Tidur TT Bicara mengenai tempat tidur didalam layanan rawat inap sebuah rumah sakit, maka ada beberapa tipe tempat tidur yang perlu diperhatikan Bed count Adalah jumlah seluruh tempat tidur yang tersedia baik yang terisi maupun yang tidak terisi, pada hari yang bersangkutan. Bed count day Istilah ini sama dengan Tempat Tidur TT, yaitu satuan pengukuran yang menunjukkan keberadaan satu tempat tidur pasien rawat inap baik yang terisi maupun yang tidak terisi, yang telah ditetapkan untuk digunakan dalam periode satu kali 24 jam. Bed count days Istilah ini sama dengan Jumlah Total Tempat Tidur TT, adalah jumlah semua Tempat Tidur TT rawat inap setiap harinya, dalam periode tertentu. Periode Periode merupakan rentang waktu yang dapat ditentukan oleh penyusun laporan Bed Occupancy Rate BOR, bisa dalam rentang harian satu hari, bulanan 28, 29, 30 atau 31 tergantung umur bulannya atau satu tahun 364, 365 atau 366, tergantung dari end user memerlukan data yang mana yang akan digunakan untuk menganalisis layanan rawat inap. Contoh Menghitung BOR Bed Occupancy Rate Di sebuah rumah sakit X terdapat sebuah ruang perawatan yang namanya Ruang Mawar. Dalam bulan Maret 2018, Ruang Mawar ditetapkan memiliki kapasitas tembat tidur sebanyak 42TT. Pada bulan Maret 2018 tersebut, hari perawatan Ruang Mawar tersebut adalah sebesar Berapakah BOR-nya ? Diketahui HP = orang TT = 42 buah Per = 31 hari Jika kita mengaplikasikannya ke dalam rumus Bed Occupancy Rate BOR, maka BOR = 0,921659 x 100 BOR = 92, 17% Sumber Depkes RI. 2005, Kementerian Kesehatan 2011 Soejadi, DHHSA, Jakarta, 1985, Efisiensi Pengelolaan Rumah Sakit Grafik Barber-Johnson Sebagai Salah Satu Indikator Huffman, 1984, Health Information Management
AngkaTOI idealnya diantara 1 - 3 hari. Rumus untuk mendapatkan TOI sebagai berikut: T = (A-O) X 365/D. A artinya, jumlah tempat tidur rawat inap di rumah sakit yang akan dimasukkan ke dalam perhitungan BOR. O artinya, rata-rata tempat tidur terisi dalam satu periode tertentu (misalkan 1 tahun) D artinya, jumlah pasien yang keluar dalam periode
Editor Ficca Ayu Saraswaty - Berikut ini arti kata BOR Covid-19. BOR Rumah Sakit di Jakarta dan Jawa Barat mengkhawatirkan. BOR yang dimaksud adalah BOR Rumah Sakit rujukan pasien Covid-19. BOR adalah singkatan dari Bed Occupancy Ratio. Secara sederhana, BOR Rumah Sakit adalah kapasitas tempat tidur perawatan pasien untuk merawat pasien Covid-19. Perkembangan BOR Covid-19 di RS Rujukan. ISTIMEWA/ Saat ini BOR di rumah sakit di Jakarta dan Jawa Barat mengkhawatirkan. Berdasarkan data Kemenkes per 19 Juni 2021, provinsi yang angka BOR atau tingkat ketersediaan tempat tidur di rumah sakit lebih dari 80 persen adalah DKI Jakarta dan Jawa Barat atau masuk zona merah. Kemudian Banten, Jawa Tengah, dan Yogyakarta menunjukan tingkat ketersediaan BOR-nya 60-80 persen. Baca juga Penyebaran Covid-19 Meningkat di Madura, Realisasi Program Jatim Puspa Belum Terealisasi "Jadi kalau kita masuk lagi ke dalam kota/kabupaten ternyata banyak juga yang sudah memasuki zona merah atau BOR-nya berkisar antara 80-100 persen," kata Sekretaris Jenderal Sekjen Persi Lia G Partakusuma dikutip dari Apabila persentase BOR ini semakin tinggi maka risiko meningkatnya angka kematian juga semakin besar. Sebab BOR yang tinggi mengakibatkan banyak pasien yang berpeluang sembuh malah tidak mendapatkan kamar perawatan. Baca juga Kapolda Jatim Ungkap RSUD Bangkalan Sudah Penuh, Ajak Masyarakat Bersatu Tanggulangi Covid-19 Cara Hitung BOR Bed Occupancy Ratio BOR dalam beberapa pekan ini semakin sering diucapkan.
BORICU untuk Rumah Sakit di Sumenep adalah nol persen, BOR Isolasi 19 persen, sedangkan standar WHO untuk BOR adalah 60 persen. Oleh Imam S Ahmad Bashori Jadi, jumlah TT dalam rumus BOR tidak termasuk TT bayi baru lahir (bassinet) dan jumlah hari perawatan (HP) dalam rumus BOR juga tidak termasuk HP bayi baru lahir.
Cara Menghitung BOR, ALVOS, TOI, BTO, GDR, NDR Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap 1. BOR Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur BOR menurut Huffman 1994 adalah “the ratio of patient service days to inpatient bed count days in a period under consideration”. Sedangkan menurut Depkes RI 2005, BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% Depkes RI, 2005. Rumus BOR = Jumlah hari perawatan rumah sakit / Jumlah tempat tidur X Jumlah hari dalam satu periode X 100% 2. AVLOS Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat AVLOS menurut Huffman 1994 adalah “The average hospitalization stay of inpatient discharged during the period under consideration”. AVLOS menurut Depkes RI 2005 adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari Depkes, 2005. Rumus AVLOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar hidup + mati 3. TOI Turn Over Interval = Tenggang perputaran TOI menurut Depkes RI 2005 adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. Rumus TOI = Jumlah tempat tidur X Periode – Hari perawatan / Jumlah pasien keluar hidup +mati 4. BTO Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur BTO menurut Huffman 1994 adalah “...the net effect of changed in occupancy rate and length of stay”. BTO menurut Depkes RI 2005 adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. Rumus BTO = Jumlah pasien keluar hidup + mati / Jumlah tempat tidur 5. NDR Net Death Rate NDR menurut Depkes RI 2005 adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit. Rumus NDR = Jumlah pasien mati > 48 jam / Jumlah pasien keluar hidup + mati X 1000 ‰ 6. GDR Gross Death Rate GDR menurut Depkes RI 2005 adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar. Rumus GDR = Jumlah pasien mati seluruhnya / Jumlah pasien keluar hidup + mati X 1000 ‰ Indikator Mutu pelayanan rawat inap - NDR - GDR - Prosentase Mati kurang dari 48 jam Indikator efisiensi pelayanan unit rawat inap - LOS - TOI - Ratio hari perawatan dengan perawat rawat inap Selain menggunakan beberapa indikator dan grafik yang menyajikan informasi dari data yang diolah, salah satu alat pemantau efisiensi yang dapat digunakan di unit rekam medis adalah grafik Barber Johnson, yang menempatkan empat parameter yaitu BOR, LOS, TOI dan BTO pada satu titik BOR Bed Occupancy Rate Standar 75-85% Rata-rata penggunaan tempat tidur Angkat BOR yang rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit oleh maysarakat. Angka BOR yang tinggi >85% menunjukkan tingkat pemanfaatan tempat tidur yang tinggi sehingga perlu pengembangan RS dan penambahan tempat tidur ALOS Average Length of Stay Standar 3-12 hari Rata-rata Lama dirawat Angka LOS yang tinggi >12 hari menunjukkan tingkat ketidak efisiensinya suatu pelayanan rumah sakit TOI Turn Over Interval Standar 1-3 hari Interval penggunaan tempat tidur Angkat TOI yang tinggi >3hari menunjukkan tingkat ketidak efisiensinya penggunaan tempat tidur rumah sakit BTO Bed Turn Over Standar 30 kali Frekuensi pemakaian tempat tidur pada suatu rumah sakit Angkat BTO yang tinggi >30 kali menunjukkan tingkat ketidak efisiensinya penggunaan tempat tidur rumah sakit GDR Gross Death Rate Standar Semakin rendah GDR, berarti mutu pelayanan rumah sakit semakin baik. Angka ini bisa digunakan untuk menilai mutu pelayanan jika angka kematian Semakin rendah NDR, suatu rumah sakit berarti mutu pelayananannya semakin baik
BORantara rumah sakit yang berbeda tidak bisa dibandingkan oleh karena adanya perbedaan fasilitasrumah sakit, tindakan medik, perbedaan teknologi intervensi.Semua per bedaan tadi disebut sebagai "case mix". Turn over internal (TOI), waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong atau waktu antarasatu tempat tidur ditinggalkan oleh pasien sampai

Beberapa Batasan Dalam Penghitungan BORUmumnya, hal-hal yang berkaitan dengan bayi baru lahir perinatal akan dicatat; dihitung; dan dilaporkan secara terpisah. Jadi, jumlah TT dalam rumus BOR tidak termasuk TT bayi baru lahir bassinet dan jumlah hari perawatan HP dalam rumus BOR juga tidak termasuk HP bayi baru menggunakan data dari lembar laporan RL-1, maka jumlah HP diambil dibaris SUB TOTAL yaitu baris sebelum ditambah perinatologi, bukan baris penghitungan BOR ditentukan berdasarkan kebijakan internal RS, bisa bulanan, tribulan, semester, atau bahkan penghitungan BOR juga ditentukan berdasarkan kebijakan internal RS, misalnya BOR per bangsal atau BOR untuk lingkup rumah sakit seluruh bangsal.Rumus BORBOR dihitung dengan cara membandingkan jumlah TT yang terpakai O dengan jumlah TT yang tersedia A. Perbandingan ini ditunjukkan dalam bentuk persentase %.Jadi, rumus dasar untuk menghitung BOR yaitu BOR = O/A x 100%rerata jumlah TT terpakai dalam suatu periode O sama dengan jumlah HP dalam periode tersebut dibagi dengan jumlah hari dalam periode yang bersangkutan t, atau O = jumlah HP / tmaka, misalnya BOR untuk bulan Januari 2014 dapat dihitung BOR = jumlah HP Januari / A x t x 100%Misalnya dalam bulan Januari 2014 tersedia 10 TT dan tercatat total HP periode Januari 2014 = maka BOR periode Januari 2014 = / 10×31 x 100%= 75,6 %BOR Dengan Perubahan Jumlah TTJika terjadi perubahan jumlah TT dalam periode yang akan dihitung BOR-nya, maka BOR dapat dihitung dengan cara seperti contoh berikut ini misalnya, memiliki TT tersedia 50. Pada tanggal 25 Januari 2014 terjadi penambahan 5 TT. Jumlah total HP hingga akhir periode Januari 2014 = 1250. Maka untuk menghitung BOR periode Januari 2014 yaitu / 50×24+55×7 x 100% = 78,9 %BOR Untuk PerinatologiCara menghitung BOR kelompok bayi baru lahir perinatologi pada prinsipnya sama dengan rumus BOR diatas, hanya saja yang digunakan adalah angka perinatologi. Jadi, jumlah TT yang tersedia adalah jumlah TT perinatologi bassinet dan jumlah HP adalah HP dari kelompok Ideal BORSemakin tinggi nilai BOR berarti semakin tinggi pula penggunaan TT yang ada untuk perawatan pasien. Namun perlu diperhatikan bahwa semakin banyak pasien yang dilayani berarti semakin sibuk dan semakin berat pula beban kerja petugas di unit tersebut. Akibatnya, pasien bisa kurang mendapat perhatian yang dibutuhkan kepuasan pasien menurun dan kemungkinan infeksi nosokomial juga meningkat. Disisi lain, semakin rendah BOR berarti semakin sedikit TT yang digunakan untuk merawat pasien dibandingkan dengan TT yang telah disediakan. Jumlah pasien yang sedikit ini bisa menimbulkan kesulitan pendapatan ekonomi bagi pihak memperhatikan hal-hal tersebut diatas maka perlu adanya suatu nilai ideal yang menyeimbangkan kualitas medis, kepuasan pasien, keselamatan pasien, dan aspek pendapatan ekonomi bagi pihak ideal untuk BOR yang disarankan adalah 75% – 85%. Angka ini sebenarnya tidak bisa langsung digunakan begitu saja untuk semua jenis RS. RS penyakit khusus tentu beda polanya dengan RSU. Begitu pula RS disuatu daerah tentu beda penilaian tingkat “kesuksesan” BOR-nya dengan daerah lain. Hal ini bisa dimungkinkan karena perbedaan sosial budaya dan ekonomi setempat.

RumahSakit Selaguri Padang Berdasarkan Grafik Barber-Johnson Tahun 2013-2015 [Skripsi]. Padang: Universitas Andalas. 8. Profil Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Pasaman Barat 2018 9. Sudra, R. I. 2010. Statistik Rumah Sakit. Yogyakarta: Graha Ilmu. 10. Republik Indonesia.2008.Permenkes No 269Tahun 2008. Tentang Rekam Medis. Jakarta. 11.
Cara Menghitung BOR, ALVOS, TOI, BTO, GDR, NDR kali ini saya akan memposting tentang cara menghitung BOR LOS ALVOS TOI GDR NDR BTO, dimana dari hasil perhitungan angka yang dimana angka yang ada akan digunakan dalam pembuatan grafik barber johnson dan untuk melihat efisiensi pelayanan dirumah sakit, tak usah berlama-lama..cekidot.. Untuk menilai tingkat keberhasilan atau memberikan gambaran tentang keadaan pelayanan di rumah sakit biasanya dilihat dari berbagai segi, yaitu • Tingkat Pemanfaatan sarana pelayanan • Mutu Pelayanan • Tingkat Efisiensi Pelayanan Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu dan efisiensi pelayanan rumah sakit, diperlukan berbagai indikator. Selain itu agar informasi yang ada dapat bermakna harus ada nilai parameter yang akan dipakai sebagai nilai banding antara fakta dengan standard yang diinginkan. Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap BOR Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur BOR menurut Huffman 1994 adalah “the ratio of patient service days to inpatient bed count days in a period under consideration”. Sedangkan menurut Depkes RI 2005, BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% Depkes RI, 2005. Rumus BOR = Jumlah hari perawatan rumah sakit / Jumlah tempat tidur X Jumlah hari dalam satu periode X 100% AVLOS Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat AVLOS menurut Huffman 1994 adalah “The average hospitalization stay of inpatient discharged during the period under consideration”. AVLOS menurut Depkes RI 2005 adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari Depkes, 2005. Rumus AVLOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar hidup + mati TOI Turn Over Interval = Tenggang perputaran TOI menurut Depkes RI 2005 adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. Rumus TOI = Jumlah tempat tidur X Periode – Hari perawatan / Jumlah pasien keluar hidup +mati BTO Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur BTO menurut Huffman 1994 adalah “…the net effect of changed in occupancy rate and length of stay”. BTO menurut Depkes RI 2005 adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 BTO = Jumlah pasien keluar hidup + mati / Jumlah tempat tidur NDR Net Death Rate NDR menurut Depkes RI 2005 adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit. Rumus NDR = Jumlah pasien mati > 48 jam / Jumlah pasien keluar hidup + mati X 1000 ‰ 6. GDR Gross Death Rate GDR menurut Depkes RI 2005 adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar. Rumus GDR = Jumlah pasien mati seluruhnya / Jumlah pasien keluar hidup + mati X 1000 ‰ 7. Rata-rata Kunjungan Poliklinik per hari Indikator ini dipakai untuk menilai tingkat pemanfaatan poliklinik rumah sakit. Angka rata-rata ini apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk diwilayahnya akan memberikan gambaran cakupan pelayanan dari suatu rumah sakit. Jumlah kunjungan poliklinik Rumus _______________________________________ Jumlah hari buka klinik
2EOoP.
  • n1cu44jv79.pages.dev/348
  • n1cu44jv79.pages.dev/428
  • n1cu44jv79.pages.dev/303
  • n1cu44jv79.pages.dev/404
  • n1cu44jv79.pages.dev/107
  • n1cu44jv79.pages.dev/138
  • n1cu44jv79.pages.dev/135
  • n1cu44jv79.pages.dev/532
  • rumus bor rumah sakit